Penampilan perekonomian Maluku Utara sejak krisis
ekonomi nasional langsung anjlok total. Indikator merosotnya
perekonomian Maluku Utara antara lain bisa dilihat pada penurunan nilai
ekspor. Di era sebelum krisis, nilai ekspor komoditas nonmigas Maluku
Utara sempat membuat lompatan yang mengesankan.
Provinsi Maluku Utara menyimpan potensi ekonomi yang
sangat kuat, dan letaknya di bibir Samudera Pasifik, sehingga di masa
yang akan datang wilayah ini berpeluang meraih beragam keuntungan
ekonomi, khususnya dalam percaturan Pasar Pasifik.
Pulau Morotai-yang menjadi basis konsolidasi terakhir
Tentara Sekutu pada Perang Dunia II-bisa diperankan sebagai pintu
gerbang ke luar-masuk dari dan ke Pasifik. Letak strategis Pulau Morotai
bisa menjadi pertimbangan utama pengembangan Maluku Utara. Bukankah AS
sebelum menaklukkan Filipina, Jepang, dan Korea, mengonsolidasikan
militernya di Morotai.
Sisa-sisa peninggalan AS di Morotai masih tampak
kasat mata, seperti tujuh buah landasan pacu pesawat dan banyaknya
kerangka kapal di perairannya. Bahkan hingga kini ranjau-ranjau laut
yang disebar Sekutu untuk melindungi basis militer Morotai masih saja
memangsa nelayan Morotai. Dikaitkan dengan maraknya pasar Pasifik,
Morotai dapat dimanfaatkan dan diberdayakan untuk kepentingan
perdagangan internasional Indonesia.
Pulau Morotai juga memiliki komoditas perdagangan
yang beragam, mulai dari plywood, kayu olahan lain, minyak kelapa kasar,
bungkil, pisang segar, kopra, pala, fuli, kakao, kayu bular, dan rotan.
Bahkan, Kelompok Sinar Mas memiliki perkebunan pisang modern sebelum
akhirnya ditutup akibat perang saudara.
Di samping itu, Maluku Utara yang akrab disebut
Maloku Kie Raha (gugusan empat pulau bergunung) ini memiliki kekayaan
tambang yang cukup menjanjikan, seperti nikel ore, limonite, dan emas.
Yang tak kalah menarik, tentu potensi laut dan perikanan yang bernilai
milyaran dollar.
Perairan Maluku Utara merupakan tempat matang dan
dewasanya ikan sejenis cakalang dan tuna. Sesuai siklusnya, cakalang dan
tuna bertelur di perairan Jepang dan dibawa arus ke selatan hingga ke
perairan Maluku, termasuk Sulawesi dan Teluk Tomini. Sampai di perairan
Indonesia, kedua jenis ikan itu sudah siap makan. Tidak heran jika di
perairan ini seringkali ditemukan banyak kapal ikan asing berbaju
domestik. Dari potensi laut yang ada, data tahun 1999 menyebutkan baru
sekitar 56.849 ton yang dimanfaatkan. Khusus ikan tuna yang diminati
pasar Jepang, potensi lestarinya di Maluku Utara mencapai sekitar 50.000
ton, sedangkan cakalang 72.187 ton.
Maluku Utara juga masih menyimpan kekayaan hutan
seluas 3,1 juta hektar. Di sana hingga kini beroperasi 15 perusahaan
pemegang izin hak pengusahaan hutan (HPH), empat perusahaan hak
pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI), 295 pemegang hak pemungutan
hasil hutan (HPHH), dan tiga pemegang izin pengolahan hutan (IPK).
Potensi ekonomi Maluku Utara menjadi semakin lengkap
dengan kekayaan tambang nikel kadar N1 1,5-2,5 persen. Besar potensi
nikel yang sudah diketahui berkisar 220 juta ton yang tersebar di
Tanjung Buli, Pualu Gee, Pulau Pakal, Pulau Obi, dan Teluk Weda. Dua
lokasi di antaranya sudah ditambang, yaitu Pulau Gebe dan Gag. Di
samping nikel, tambang emas yang dikandung Maluku Utara berdasarkan
hasil penelitian PT Halmahera Minerals berkisar 1,4 juta ton dengan
kadar layak tambang. Prospek emas juga terdapat di Ruwait serta
Tugurachi.
Sumber daya geologis lainnya terdapat di Pulau Obi
yang diperkirakan mengandung 6,8 juta ton. Kandungan sumber daya
geologis terbesar ditemukan di Pulau Bacan berkisar 70 juta ton. Tembaga
yang tersimpan di perut Bumi Maluku Utara berkisar 70 juta ton, belum
lagi mineral mangan, kromit, batu gamping, kalsit, bentonit, diatome,
talk, kaolin, perlit, magnesit, andesit, sirtu, batu apung, diorit, dan
beragam batu mulia.
Melihat potensi ekonomi yang beragam, Prof Dr Lucky
Sondakh MSc dari Universitas Sam Ratulangi Manado memprediksi daerah ini
dapat tampil sejajar dengan provinsi kaya lainnya di Indonesia, seperti
halnya Kalimantan Timur, Papua, Riau, maupun Aceh. Persoalan yang
muncul di balik itu, kata Sondakh, bagaimana menciptakan stabilitas di
semua bidang kehidupan masyarakat. Bagi kalangan investor dan siapa pun
yang berminat ikut ambil bagian dalam memajukan daerah itu, selalu akan
mengedepankan prasyarat dasar stabilitas.
Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Maluku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar